Apa Standar HidupMu !


Kalau kita ditanya tentang standar hidup seseorang, mungkin dalam benak kita ada yang menjawab, standar hidup saya yang penting bahagia, bermanfaat, atau bahagia punya penghasilan, punya rumah, punya segalanya, itu mungkin yang terlintas dalam benak seseorang.

Kita sekarang yang hidup dizaman yang serba materialistis, semua dinilai hanya dengan uang, jika mau jika ada uang, jika tidak maka cari yang lain. Itu mungkin ungkapan kalau kita memahami makna hidup yang sebenar-benarnya. Itu mungkin kalau kita memahami tentang zaman sekarang ini. Tapi tidak bagi orang yang tidak memahami tentang makna kehidupan ini, atau bahkan hanya mengikuti perkembangan zaman, sehingga hanya tergerus arus zaman, tanpa mengetahui standar hidup yang sedang ia pakai.

Mengenai standar hidup, kalau kita mau kaji banyak sekali macamnya, mulai dari sekuler, liberalisme, kapitalisme, hedonisme atau islam. Kenapa disini islam disebut. Kan islam itu hanya agama. Kalau kita bicara agama, pasti dalam benak, akan berfikir tentang ibadah, ibadah, ibadah. Tapi apa begitu, mungkin saja benar. Tapi tidak dalam islam. Islam bukan hanya sekedar sebuah agama, tapi sebagai pengatur hidup. Islam bukan hanya sekedar mengatur ibadah shalat, tetapi mengatur bagaimana cara berpakaian, Islam bukan hanya sekedar untuk mengatur masalah haji, tapi islam juga mengatur masalah bernegara. Loh kok bisa begitu, ya karena maindset dalam diri kita tidak pernah mengkaji tentang islam, jarang menghadiri pengajian, tapi sibuk dengan kajian sinetron di TV, kita pun juga jarang datang ke masjid, tapi sibuk dengan jalan-jalan di mal. Bagaimana kita akan memiliki pola pikir yang islam, sedangkan aktivitas yang kita lakukan bukan berdasarkan islam.

Oleh karena itu, standar hidup bagi seorang muslim maupun muslimah adalah hanya islam, bukan yang lain. Kalaulah kita tidak sesuai dengan islam, berarti akan memakai standar hidup yang lain. Sebagai contoh adalah standar dalam perkaian seorang muslim adalah menutup aurat, standar dalam berekonomi adalah islam, tidak akan mau mengikuti perekonomian yang serba ribawi, begitu pula dengan pergaulan ia pun tidak akan menjaga hubungan antara pria dan wanita yang bukan mahramnya. Juga dengan pendidikan, islam sebagai dasarnya. Boleh seorang mempelajari pelajaran umum, tetapi jangan pula meninggalkan islam.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url